Pasar Ngarsopuro, Orchid Road-nya Kota Solo
Bermalam Minggu di Kota Solo tak lengkap rasanya bila tak menyambangi salah satu spot
wisata malamnya, yaitu Pasar Ngrasopuro atau Ngarsopuro Night Market.
Pasar dadakan ini hanya buka setiap Sabtu malam mulai pukul 19.00 sampai
kira-kira tengah malam, tergantung kondisi pengunjung.
Pasar Ngarsopuro merupakan salah
satu hasil gagasan Jokowi, mantan Walikota Solo yang sekarang menjadi
Gubernur DKI Jakarta. Pasar ini digelar di sepanjang jalan Diponegoro
atau tepatnya di depan lapangan Pura Mangkunegaran Solo. Sebelum menjadi
seperti sekarang, jalan ini hanya jalan protokol biasa. Pada siang hari
jalanan dipenuhi pedagang alat elektronik, alat olahraga, dan barang
antik (Pasar Windujenar) sedangkan pada malam hari hanya digunakan
sebagai tempat nongkrong, tempat pacaran, bahkan beranjak lebih malam
lagi akan berubah menjadi tempat transaksi seksual. Seperti yang
diceritakan oleh salah satu warga Solo yang sekarang menjadi pedagang di
Pasar Malam Ngarsopuro tiap Sabtu malam. Karena dinilai semrawut dan
membuat jelek nama kota Solo dengan adanya aktivitas transaksi seks tiap
malamnya, maka Jokowi yang kala itu didampingi oleh FX. Rudy Hadyatmo
mengganti fungsi kawasan tersebut menjadi kawasan wisata yang lebih
sehat.
Awalnya pedagang di kawasan itu
menolak untuk direlokasi, tetapi dengan kemampuan psikologi massanya,
Jokowi berhasil membujuk para pedagang untuk direlokasi. Sekarang para
pedagang elektronik telah dibuatkan puluhan kios dalam satu
bangunan/gedung yang letaknya tetap di kawasan tersebut. Juga dibuatkan
kios-kios untuk para pedagang barang antik yang sekarang diubah namanya
menjadi Pasar Antik Triwindu, juga masih di kawasan Jalan Diponegoro.
Dengan begitu sekarang kawasan ini menjadi rapi dan tertata. Di kiri
kanannya terdapat patung penabuh gamelan, patung Loro Blonyo, mural
(lukisan dinding), dan lampu penerangan jalan berbentuk kurungan burung.
Saat Sabtu malam, jalan ditutup dan berubah fungsi menjadi Pasar
Ngarsopuro.
Secara resmi Pasar Ngarsopuro
dibuka pada tanggal 16 Februari 2009 oleh Jokowi. Setelah itu pasar
mulai beroperasi secara resmi dan berkala tiap minggunya. Pasar
Ngarsopuro terdiri dari kurang lebih 80-an tenda. Dengan daya tampung
masing-masing tenda maksimal 4 pedagang, maka kira-kira kawasan tersebut
mampu menampung sebanyak 300-an pedagang. Barang dagangan yang
ditawarkan kebanyakan barang-barang produksi lokal berupa cindera mata
khas Solo, barang kerajinan, makanan tradisional, batik, dan lain-lain.
Sebagai bentuk kepedulian Pemkot
Solo terhadap warga lokal yang memiliki usaha kecil dan menengah, maka
yang boleh berdagang di situ hanya UKM-UKM milik warga Solo. Syarat
untuk bisa membuka lapak di Pasar Ngarsopuro adalah harus ber-KTP Solo
dan membayar sewa sebesar 40-50 ribu tiap bulannya. Karena mudah dan
murahnya, Sigit (24), salah satu pedagang menyatakan sangat terbantu
dengan adanya Pasar Malam Ngarsopuro ini. Sarjana Hukum yang lebih
memilih mengembangkan usaha pembuatan handycraft dari batok
kelapa ini mengatakan dengan adanya Pasar Ngarsopuro sangat membantu
meningkatkan penghasilan para pengusaha kecil di Kota Solo. Produk yang
dihasilkan tidak hanya dikenal warga lokal Solo saja tetapi juga bisa
dikenal oleh masyarakat luas, bahkan wisatawan asing.
Di Ngarsopuro Night Market juga
sering diadakan event-event kebudayaan yang tentunya mengangkat
kebudayaan lokal. Karena berbentuk jalan protokol yang ditutup untuk
kendaraan, maka otomatis event apapun yang diselenggarakan bersifat
gratis sehingga semua warga Solo bisa menikmatinya tanpa terbebani uang
tiket atau biaya masuk.
Setelah kurang lebih 4 tahun
berjalan, Pasar Ngarsopuro menjadi salah satu ikon Kota Solo yang
menawarkan tempat seperti Orchid Road di Singapura tetapi dengan
suasana, nuansa, dan rasa yang begitu Indonesia. Tidak menutup
kemungkinan spot-spot seperti ini nantinya akan bermunculan di
berbagai daerah di Indonesia. Atau bahkan mungkin sudah ada dan hanya
butuh pengembangan, sehingga Indonesia memiliki ikon wisata yang tak
kalah dengan negara-negara tetangga. Ikon wisata yang mendunia dengan
rasa Indonesia. Ikon wisata yang kelak akan dibangga-banggakan oleh anak
–cucu kita di dunia internasional
(Ditulis oleh temen saya yang dulu pernah menjadi ketua menwa UNS yaitu Surya Narendra, S.H. )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar